Senin, 30 November 2009

Teladan Sepanjang Masa



Jannah adalah asma amanina, cita-cita dan harapan kita yang tertinggi. Seluruh aktivitas kita, seharusnya adalah susunan dari potongan-potongan kecil misi kita untuk meraih Jannah. Sehingga hidup ini seperti sebuah program, memiliki misi yang hendak dicapai, yang kemudian diturunkan menjadi program-program turunan dengan target yang ditentukan. Dari tahunan, bulanan dan harian.
Agar pelaksanaan program bisa lebih mudah, kita bisa melihat prototipe atau contoh yang sudah ada, yang telah sukses mendapatkannya bahkan saat masih berada di dunia. Kita bisa temukan ini pada orang-orang yang telah Allah janjikan dan dipastikan akan masuk Jannah. Ada beberapa, tapi yang paling utama adalah al Asyrah al Mubasyarun bil jannah yaitu; Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin al Khattab, Utsman Bin 'Affan, 'Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah , Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash, Sa'id bin Zaid Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah ibnul Jarrah.
Yang lainnya, ada beberapa shahabat yang diridukan Jannah seperti disabdakan Rasulullah SAW,
"Ada empat sosok yang dirindukan oleh Jannah: Ali bin Abi Thalib, Ammar bin Yasir, Salmaan Al-Faarisi dan Al-Miqdaad bin Al-Aswad. Semoga Allah senantiasa meridiai mereka." (Lihat Al-Mu'jamul Kabier oleh Ath-Thabraani II : 6 : 14)
Bagaimana mereka dapat mencapai kesuksesan sedemikian besar, dijamin surga sedang nyawa masih di ada, kita bisa melihat cara mereka menjalankan program hidup di dunia. Kemudian kita menyerap faidah dan menjadikan mereka teladan.
Dari Abu Bakar ash Shidiq, kita bisa belajar bagaimana membentuk loyalitas yang begitu kuat, tak membabi buta tapi benar-benar lurus dan bijaksana. Semuanya hanya ditujukan untuk mencapai Ridha dan Jannah-Nya. Dari Umar bin al Khattab, kita bisa menyerap pancaran keyakinan yang mendalam. Kekuatan dan keberanian serta intuisi menegakkan al haq yang begitu kuat. Yang kesemuanya berasal dari kejernihan hati dan pikiran. Dari Utsman bin Affan, kita bisa menggali dan mendulang lagi permata-permata malu yang pada hari ini telah terkubur seiring waktu. Dari Sosok Ali, kita dapat mencontoh kecerdasan yang rasyid, lurus. Bukan kecerdasan yang digunakan untuk mencari hilah (alibi licik), tapi kecerdasaan yang selalu siap untuk menolong agama Allah. Juga dari keenam selainnya dan dari para shahabat yang mulia, manusia-manusia sukses di Akhirat dan dunia.
Memang, kita tidak akan bisa menyamai mereka dalam fadhilah atau keutamaan. Karena bagaimanapun kita beramal kebaikan, melalui mereka jualah kita kebaikan itu tersiarkan. Seperti dikatakan, al fadhlu limubtadi wa in ahsanal muqtadi, kutamaan itu bagi yang memulai, meski yang mengikuti bisa melakukan yang lebih baik. Akan tetapi, cara dan sikap mereka dalam menjalankan program hidup di dunia bukan sesuatu yang mustahil untuk ditiru dan diterapkan pada saat ini ataupun nanti. Wallahua'lam. (vifa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar